Sabtu, 14 Februari 2009

Pembelajaran Matematika dan IPA dalam Bahasa Inggris


A. Latar Belakang

Pada umumnya disadari bahwa penguasaan Bahasa Inggris sebagian besar masyarakat Indonesia, sangat rendah, termasuk rendahnya kemampuan berbahasa Inggris tersebut dapat dilihat dari terbatasnya kemampuan mereka berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik secara lisan maupun tertulis dan secara pasif maupun aktif. Lemahnya penguasaan Bahasa Inggris tersebut mengindikasikan kurang berhasilnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Di lain pihak, diakui bahwa penguasaan bahasa Inggris merupakan keharusan bagi bangsa Indonesia agar bangsa ini dapat memainkan perannya di dunia internasional secara optimal dan tidak semakin ketinggalan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain. Sebagaimana diketahui, sebagian besar ilmu, seperti matematika, fisika, biologi, kimia, dan teknologi (komunikasi, manufaktur, konstruksi, transportasi, bio, dan energi) ditulis dan disebarluaskan dalam Bahasa Inggris. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut secara mudah, cepat, dan tepat diperlukan kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi. Dengan kemampuan tersebut, informasi/ilmu terbaru dari negara-negara maju mudah diikuti, diperoleh, dan ditindaklanjuti untuk kepentingan pembangunan nasional. Mengingat terbatasnya kemampuan berbahasa Inggris di satu pihak dan pentingnya penguasaan bahasa tersebut di sisi lain, perlu dikembangkan pembelajaran Bahasa Inggris yang efektif dan efisien agar penguasaan bahasa Inggris menjadi tinggi.

B. Alternatif Peningkatan Mutu Pembelajaran Bahasa Inggris

Kekurangberhasilan pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah, termasuk di SMP yang diindikasikan oleh rendahnya kemampuan berbahasa Inggris lulusan disebabkan oleh beberapa hal. Antara lain adalah kurangnya pelajaran bahasa Inggris terhadap siswa, kurang bermaknanya pembelajaran bahasa Inggris bagi siswa, dan terbatasnya kesempatan siswa untuk berinteraksi dalam bahasa Inggris untuk mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman riil dalam kehidupan sehari-hari. Comprehensible input, comprehensible output, dan interaksi yang memadai merupakan syarat terjadinya pembelajaran bahasa (lihat misalnya Krashen, 1985; Lightbown, 1985; Swain, 1993; Swain dan Lapkin, 1995; dan Long, 1981). Disamping itu, kemampuan berbahasa Inggris guru yang terbatas, sarana/prasarana pembelajaran bahasa Inggris yang kurang memadai, dan lingkungan (baik kultural dan sosial) yang kurang mendukung juga berkontribusi terhadap kurang suksesnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah.

Sejak tahun delapan puluhan telah dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan peningkatan mutu pembelajaran Bahasa Inggris di Indonesia. Upaya itu antara lain dilakukan melalui pembaharuan kurikulum, pengimplementasian pendekatan pembelajaran komunikatif, pengembangan contextual teaching and learning, pengadaan sarana/prasarana pembelajaran, pengembangan materi pembelajaran, pelatihan guru, dan sebagainya.

Namun demikian, upaya-upaya tersebut nampaknya belum dapat secara signifikan meningkatkan mutu proses pembelajaran tidak dapat meningkatkan penguasaan Bahasa Ing kuantitas serta kualitas pajanan bahasa Inggris terhadap peserta didik tetap saja belum memadai, pembelajaran masih kurang bermakna, dan kesempatan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa target tetap saja sangat terbatas. Mengingat hal tersebut, perlu dikembangkan inovasi pembelajaran bahasa Inggris yang dapat mengatasi tantangan-tantangan tersebut.

Ada sejumlah pendekatan pembelajaran bahasa yang bersifat inovatif yang berpotensi bisa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris, misalnya Whole Language Approach (Blanton, 1992), Content-Based Second Language Instruction (Brinton, Snow and Wesche, 1989), Text-Based Syllabus Design (Feez, 1998), and Task-Based Language Instruction (for examples Prabhu, 1987; Nunan, 1989; Crookes and Gass, 1993; Willis, 1996; Skehan, 1996). Namun demikian, implementasi dari berbagai pendekatan tersebut tidak selalu dapat menjamin terciptanya proses pembelajaran yang secara signifikan dapat meningkatkan penguasaan bahasa Inggris lulusan.

Salah satu model pembelajaran bahasa ke dua atau bahasa asing yang telah terbukti secara efektif dan efisien dapat meningkatkan penguasaan bahasa Inggris lulusan adalah Program Imersi (Johnson dan Swain, 1998). Dalam program ini, bahasa yang ditargetkan untuk dikuasai oleh siswa dipakai sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran mata pelajaran umum di sekolah, misalnya Matematika, Sains, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Kesenian. Program Imersi ini telah berhasil diimplementasikan di berbagai negara, antara lain Kanada, Singapura, Hongkong, Australia, Finlandia, dan Afrika Selatan dengan tujuan dan cara penerapan yang berbeda-beda. Di Indonesia, penerapan Program Imersi dapat ditemui di berbagai pondok pesantren yang menggunakan bahasa Arab sebagai medium pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman berbagai negara yang menerapkan Program Imersi. Kemahiran bahasa asing lulusan program imersi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan lulusan program regular (Johnson dan Swain, 1998). Mempertimbangkan hal tersebut, pemerintah melalui Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama mengembangkan pembelajaran Matematika dan Sains (MIPA) dalam bahasa Inggris di SMP yang biasa disebut pembelajaran MIPA bilingual. Melalui program ini pajanan bahasa Inggris terhadap siswa diharapkan meningkat secara signifikan, Pembelajaran Bahasa Inggris yang bermakna tercipta karena siswa harus mempelajari materi yang memang harus mereka kuasai dalam Bahasa Inggris. Peluang yang luas bagi siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris tercipta karena proses pembelajaran berlangsung dalam Bahasa Inggris. Melalui Program Bilingual ini diharapkan lulusan SMP memiliki kemahiran Bahasa Inggris yang memadai untuk dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris secara lisan dan tertulis dengan baik dalam bidang matematika dan sains, dan siap mengikuti pelajaran MIPA pada tingkat pendidikan selanjutnya dengan baik.

C. Pengertian dan Tujuan Pembelajaran MIPA dalam Bahasa Inggris di SMP

Yang dimaksud dengan pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris adalah pembelajaran yang materi pembelajaran, proses belajar mengajar, dan penilaiannya disampaikan dalam bahasa Inggris. Pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dalam bahasa Inggris ini menggunakan kurikulum nasional yang berlaku. Kurikulum nasional yang dimaksud adalah Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Dengan demikian, pengembangan silabus, materi, dan sistem penilaian pada pembelajaran ini juga mengacu pada kurikulum dan pendekatan pembelajaran tersebut.

Namun demikian, meskipun Kurikulum 2004 digunakan sebagai acuannya, sekolah dapat menambah, memperluas, dan memperdalam kurikulum yang berlaku sesuai dengan perkembangan internasional dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dengan tetap memperhatikan nilai-nilai dan budaya Indonesia. Sebagaimana dinyatakan dalam Pedoman Pengembangan Pembelajaran Matematika dan IPA dalam Bahasa Inggris (2005), pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris terutama bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang tinggi dalam Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sesuai dengan perkembangan ilmu-ilmu tersebut sekaligus menghasilkan lulusan yang memiliki kemahiran berbahasa Inggris yang tinggi.

D. Tahapan Pengembangan Pembelajaran MIPA dalam Bahasa Inggris

Implementasi pembelajaran MIPA Bilingual di SMP dengan dukungan oleh Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama dimulai pada tahun ajaran 2004/2005 secara terbatas di 31 SMP Koalisi Nasional. Masing-masing sekolah menyelenggarakan pembelajaran dalam bahasa Inggris bagi satu atau dua kelas tergantung pada kesiapan siswa dan sekolah. Sekolah Koalisi nasional ditetapkan sebagai perintis pengembangan pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris karena sekolah ini pada umumnya memiliki modal yang sangat potensial dalam hal input, proses, dan output pendidikan. Dalam hal input, sekolah-sekolah Koalisi Nasional pada umumnya memiliki tenaga pendidik, khususnya guru Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dengan kemampuan berbahasa Inggris yang memadai, fasilitas pendukung proses belajar mengajar yang cukup, kesiapan siswa dan orang tua siswa yang tinggi, dana yang cukup, dan Komite Sekolah yang mendukung.

Ditinjau dari segi proses Sekolah Koalisi Nasional pada umumnya memiliki proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Dalam hal output, sekolah Koalisi Nasional memiliki prestasi akademik dan non akademik yang melebihi rata-rata prestasi SMP umumnya. Selain itu, sekolah Koalisi Nasional juga menunjukkan komitmen yang tinggi untuk maju sebagaimana diindikasikan oleh antusiasme, semangat, tanggung jawab, dedikasi, dukungan moral dan intelektual yang telah ditunjukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga administrativ.

Dimasa yang akan datang, implementasi program ini dapat dilaksanakan secara mandiri sekolah-sekolah lainnya yang memiliki kemampuan, kesanggupan dan keunggulan minimal sama seperti pada sekolah koalisi seperti yang sudah diuraikan di atas. Contohnya, jika Sekolah Standar Nasional (SSN) merasa memiliki kesiapan-kesiapan seperti yang diuraikan tersebut di atas, maka sekolah tersebut berpotensi dapat melaksanakan program ini. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama akan membantu sekolah tersebut dengan satu set materi pembelajaran dan pelatihan guru.

E. Pelaksanaan Pembelajaran MIPA dalam Bahasa Inggris di SMP

Pengembangan pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris di SMP dimulai pada tahun 2003. Direktorat PLP mengembangkan materi dan multi-media pembelajaran bekerjasama dengan sejumlah pakar dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan guru MIPA SMP. Model pembelajaran juga dikembangkan, pelatihan guru MIPA dalam bahasa Inggris dan metode pembelajaran juga diselenggarakan.

Dalam pelaksanaannya, intensitas penggunaan bahasa Inggris di kelas bervariasi dari sekolah satu dengan sekolah lainnya tergantung pada kesiapan siswa dan guru. Pada semester satu bahasa pengantar biasanya masih didominasi oleh bahasa Indonesia. Pada semester dua, penggunaan bahasa Inggris baik oleh guru maupun siswa semakin banyak walaupun bahasa Indonesia masih digunakan. Dari waktu ke waktu, seiring dengan meningkatnya kemampuan bahasa Inggris guru dan siswa, prosentase penggunaan bahasa Inggris semakin meningkat. Dari data yang dikumpulkan dari berbagai sekolah, dalam hal bahasa Inggris siswa lebih siap dibandingkan dengan guru.

Hasil pemantauan di lapangan selama ini menunjukkan bahwa pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris berjalan dengan cukup baik. Penguasaan kompetensi bidang studi Bilingual siswa pada umumnya sebanding dengan penguasaan siswa reguler, dan kemampuan bahasa Inggris siswa program bilingual jauh lebih baik dibandingkan dengan kemampuan siswa regular. Supervisi klinis yang telah dilakukan mengindikasikan bahwa banyak guru mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya. Kesulitan-kesulitan tersebut, disebabkan karena terbatasnya kemampuan Bahasa Inggris mereka. Keterbatasan pengembangan rencana pembelajaran, pengembangan dan pemanfaatan multi-media, pencarian sumber-sumber materi pembelajaran.

Sehubungan dengan hal tersebut, untuk membantu guru, telah dilaksanakan in-house training bagi semua guru MIPA dalam bahasa Inggris. In-house training adalah pelatihan yang pelaksanaannya bertempat di sekolah di mana guru-guru melaksanakan program Pembelajaran MIPA dalam bahasa Inggris. Program ini dilakukan bekerjasama dengan dosen dari Perguruan Tinggi setempat, yang selanjutnya disebut sebagai pendamping/fasilitator. Secara periodik pendamping dari Perguruan Tinggi melakukan kunjungan ke sekolah untuk melakukan pembimbingan dan pendampingan terhadap segala aktivitas guru dan sekolah terkait dengan pelaksanaan program. Selain itu, fasilitator kadang-kadang mengajar siswa untuk memberi model kepada guru. Frekuensi kunjungan diatur sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan kegiatan ini masalah/kendala/hambatan terkait pelaksanaan program di sekolah dapat diatasi secara langsung.

F. Penutup

Pembelajaran dalam bahasa Inggris (program imersi), baru mulai dikembangkan di Indonesia. Hasil sementara menunjukkan bahwa pencapaian siswa dalam bahasa Inggris dan bidang studi menggembirakan. Selain itu, sambutan masyarakat terhadap program ini sangat positif. Namun demikian perlu diakui bahwa ada banyak kendala yang harus segera diatasi, terutama terbatasnya kemampuan guru dalam bahasa Inggris. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah agar program imersi tidak menghasilkan lulusan dengan bahasa Inggris yang tidak standar.

Partisipasi dan kerjasama dari berbagai pihak, terutama dengan perguruan tinggi dalam berbagai bentuk dan aspek, untuk mengembangkan program ini sangat diperlukan. Perguruan tinggi perlu menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pengembangan program ini. Seperti diketahui, pada saat ini guru-guru Matematika dan Guru IPA (Fisika atau Biologi) yang membina program ini di sekolah memiliki latar belakang pendidikan MIPA yang tidak disiapkan untuk mengajarkan kedua mata pelajaran tersebut dalam bahasa Inggris. Kalaupun mereka menerima mata pelajaran bahasa Inggris pada saat kuliah, itu hanya dua SKS, yang tidak cukup untuk memenuhi kompetensi yang dituntut agar dapat mengajarkan Matematika atau IPA dalam bahasa Inggris. Dengan demikian perlu dukungan dari semua universitas pencetak guru MIPA agar mempersiapkan lulusan yang tidak hanya berkompeten mengajarkan Matematika atau IPA, tetapi juga yang berkompeten mengajarkan kedua mata pelajaran tersebut dalam bahasa Inggris. (Oleh : Joko Priyana)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar